Dampak Tayangan Televisi Pertandingan Sepakbola Terhadap Gaya Hidup Mahasiswa

Abstrak
Kecanggihan media massa terutama televisi sudah membuktikan betapa besar pengaruh media terhadap kehidupan metropolitan. Televisi merupakan salah satu media massa yang bersifat elektronis dengan segala kecanggihannya, dapat menghadirkan beragam kejadian di belahan bumi manapun dalam hitungan detik dapat meyampaikan gambar yang menarik beserta audionya lewat layar kaca, tepat di hadapan kita dikala sedang duduk menikmati acara dengan santainya. Banyak acara yang muncul di layar pertelevisian yang dinilai oleh masyarakat sebagai kotak ajaib, misal penayangan pertandingan bola yang sekarang menjadi sangat diminati oleh kebayakan orang terutama mahasiswa. Dengan adanya pertandingan sepakbola mahasiswa mulai menjadikan dirinya sebagai agen perubahan terhadap pola dan tingkah laku mereka sendiri, dalam hal prilaku sehari-hari yang biasanya tidak terbiasa cangkruk di tempat kopian menjadi sering dan hampir setiap ada pertandingan bola selalu meluangkan waktu untuk memulai gaya hidup baru mereka yaitu ngopi. Tayangan pertandingan bola di televisi itulah yang menjadikan para pelajar khususnya mahasiswa lupa akan tugas sebagai pencari ilmu, mereka hanya melihat kepentingan atas kesenangan sesaat itu mulai dari lebih memilih membeli kostum daripada membeli buku. Tontonan sepakbola yang tercermin dalam realitas kehidupan mahasiswa dengan praktik-praktiknya kini telah mengambil alih budaya belajar dan menjadikannya sebagai cerminan realitas palsu yang berkembang dampak dari tayangan televisi yang ada.
Kata Kunci: Komunikasi, Televisi, Sepak Bola, dan Gaya Hidup.

Pendahuluan
Televisi memberikan banyak tontonan untuk kita lihat dan kita dengar, dengan tontonan yang menarik sehingga memunculkan ritual-ritual dalam menonton. Peran media massa khususnya televisi sangat mempunyai relevansi terhadap pengaruh publik atau masyarakat. Seiring perkembangan zaman televisi yang semula hanya berfungsi sebagai institusi sosial, kini dihadapkan sebagai institusi bisnis yang harus mulai berpikir bagaimana mendapatkan keuntungan. Banyak para pemilik modal mulai melirik stasiun televisi sebagai lahan bisnis cukup menggiurkan, namun dalam konteks ini yang perlu dikaji dengan seksama adalah bagaimana tayangan televisi bisa memberikan motivasi dalam perubahan hidup baik sikap maupun perbuatan (Morrisan, 2009 : 340-341).
Selain untuk mendapatkan keuntungan, kebanyakan pertelevisian memberikan tontonan yang bersifat mengubah cara dan pola kehidupan orang yang melihatnya, televisi dapat menjadi “penyihir” terutama ketika televisi sudah menghadirkan tayangan pertandingan sepak bola banyak masayrakat yang berbondong-bondong untuk melihat pertandingan tersebut, apalagi yang main adalah tim favorit mereka. Tidak hanya dikalangan masyarakat pada umumnya, mahasiswa yang menjadi agen perubahan juga ikut merasakan atmosfer kecanggihan media massa lewat tayangan televisi berupa pertandingan sepak bola sehingga mahasiswa berbondong-bondong pergi ke tempat kopian hanya untuk melihat pertandingan sepakbola.
Karena kemampuannya dalam “menyihir” pemirsa, televisi mendapatkan julukan-julukan seperti kotak ajaib, electronic baby sitter, narkotik elektronik, “tuhan kedua” atau bahkan “tuhan pertama”. Julukan terakhir dapat dipahami mengingat TV dianggap sebagai suatu yang terpenting dalam kehidupan manusia dan karenanya sangat mendominasi kehidupan mereka, seraya menyisikan kegiatan-kegiatan lain. Ke banyakan orang mungkin menghabiskan lebih banyak waktu untuk menonton TV daripada beribadah, misalnya salat dan ngaji. Bila orang membeli TV baru, maka begitu TV baru itu tiba di rumah, pemilik rumah serta merta akan bertanya pada diri sendiri, “Akan diletakkan di mana TV tersebut?” Jawabannya ya itu tadi, pada tempat yang paling strategis, seakan-akan TV adalah “tuhan” atau “dewa” (Mulyana, 2001: 147).
Dengan program-progam yang di tampilkan televisi yang menjadi komsumen paling diminati oleh kalangan masyarakat juga berdampak terhadap bagaimana pola dan gaya hidup masyarakat yang menunton terutama di kalangan mahasiswa yang dalam keadaanya jauh dari jangkauan orang tua dan dapat dikatakan mandiri sudah merasa bebas dalam bertingkah dan berprilaku apapun, lebih jauh bagaimana pola gaya gaya hidup mahasiswa dalam belajar yang nantinya akan berdampak terhadap bagaimana relevansi pendidikan mereka dengan media massa elektronik yang mereka tonton.
Media massa di Indonesia dimiliki dan atau dibimbing oleh Departemen Penerangan. Televisi siaran dikuasai sepenuhnya oleh Departemen Penerangan. Demikian pula jaringan radio siaran (radio broadcast network). Ada memang radio non_RRI yang berstatus private enterprice, dimiliki perorangan, tetapi berdasarkan Undang_undang No. 5/Th. 1964 tentang Telekomunikasi yang mengatur frekuensi dan daya jangkau, radio non-RRI itu hanyalah diperkenankan mempunyai pemancar yang berkekuatan tidak lebih dari 500 watt. Pada jam-jam tertentu dan acara-acara tententu, siaran warta berita dan siaran pandangan mata mengenai peristiwa kenegaraan, misalnya, wajib direlay. Pers dan perfileman, meskipun sebagian besar dimiliki dan diusahakan oleh perusahaan swasta, semuanya dibimbing dan diarahkan oleh Departemen Penerangan. Untuk itu struktur orgnisasi Departemen Penerangan dilengkapi dengan Direktorat Radio, Direktorat Televisi, Direktorat Pembinaan Film, dan Direktorat Bina Pers (Effendy, 1992: 101).
Peranan Departemen Penerangan mungkin sudah berjalan dengan baik sesuai prosedur, akan tetapi bagaimana ketika program yang di tampilkan oleh media yang berkaitan dengan elektronik memberikan dampak negatif bagi para penonton. Hal itu juga yang menjadi catatan penting untuk diketahui oleh masyarakat. Dengan adanya televisi yang menayangkan program atau siaran langsung akan memberikan kenyamanan batin bagi para penonton namun tanpa disadari kita sudah terkonstuksi oleh adegan dan tontonan yang disajikan. Program siaran langsung pertandingan sepakbola tentunya banyak memberikan pengaruh bagi masyarakat dewasa maupun anak-anak, serta pekerja atau yang masih pelajar.
Mahasiswa menjadi siklus paling besar ketika berbicara tentang progam pertelevisian yang notabenenya adalah masyarakat pelajar yang jauh dari orang tua, yang ketika berbicara tentang tugas mahasiswa adalah belajar dan belajar namun dengan adanya proram televisi maka pelajarannya di tinggal. Apalagi ketika ada siaran langsung Sepakbola mereka mencari tempat untuk meluangkan waktunya melihat pemain favorit atau club favoritnya mereka main, sehingga pola kehidupan sebagai pelajar ditinggalkan dan menghadirkan gaya hidup baru diluar yaitu budaya cangkruk dan ngopi.
Salah satu program acara televisi adalah sepakbola. Banyak sekali ligaliga di dunia yang ditayangkan di televisi, Liga Italia, Liga Spanyol, Liga Inggris, Liga Belanda dan juga Liga Indonesia yang masing-masing disiarkan oleh stasiun televisi swasta yang mengudara di Indonesia. Dari program acara tersebut diharapkan mampu membawa hiburan ke pemirsa televisi atau bahkan juga mampu menumbuhkan minat untuk lebih giat berlatih terhadap sepakbola, karena menjadi seorang pemain sepakbola sekarang ini sudah mampu digunakan untuk menjadi pegangan hidup.
Moment adanya pertandingan siaran langsung sepakbola juga mebdampak terhadap stile kehidupan sehari-hari mereka, di mana pakaian dan aksesoris dalam kamar keseluruhan identik dengan persepakbolaan yang berujung terhadap terbengkalainya kuliah mereka karna lebih memilih kebiasaan yang dikonstruksi oleh adanya siaran atau program di televisi.
Dari penjalasan di atas, menarik untuk melakukan kajian lebih lanjut dengan judul; “Dampak Tayangan Televisi Pertandingan Sepakbola Terhadap Gaya Hidup Mahasiswa”.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat ditarik suatu permasalahan , yaitu:
1. Bagaimana itual mahasiswa dalam menonton pertandingan sepakbola?
2. Bagaimana dampak tayangan pertandingan sepakbola terhadap gaya hidup mahasiswa?

Tinjauan Pustaka
Teori Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin Comunicatio, dan bersumber dari kata Communis (Onong Uchjana Effendy, 2001 : 9) yang berarti sama, tetapi pengertian komunikasi tersebut sifatnya masih sangat dasar, dalam arti bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat di dalam komunikasi tersebut. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya bersifat informatif, yakni agar orang mengerti dan tahu, tetapi informasi juga dapat bersifat persuasif, yaitu agar orang bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, sehingga membuat orang tersebut melakukan suatu perbuatan atau kegiatan. Komunikasi mempunyai tujuan untuk menyampaikan pesan atau berita dari komunikator kepada komunikan melalui media tertentu dan menghasilkan dampak-dampak tertentu yang diharapkan oleh komunikator.
Pada dasarnya komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dan penerimaan pesan yang meliputi lima unsur, yaitu komunikan, komunikator, pesan, media, danefek. Proses komunikasi ini berawal dari komunikator sebagai pihak yang menyampaikan pesan kepada komunikan sebagai sasaran komunikasi dengan menggunakan media tertentu dan diharapkan menghasilkan efek berupa perubahan tingkah laku sesuai dengan keinginan komunikator misal berupa perilaku membeli. Untuk dapat memahami hakikat suatu komunikasi perlu diketahui prinsip dari komunikasi, yaitu :
a. Komunikasi adalah suatu proses, karena merupakan suatu seri kegiatan yang terus-menerus, yang tidak mempunyai permulaan atau akhir dan selalu berubah-ubah.
b. Komunikasi adalah sistem, bahwa komunikasi terdiri dari beberapa komponen dan masing-masing komponen tersebut mempunyai hubungan satu sama lain untuk menghasilkan suatu komunikasi.
c. Komunikasi bersifat interaksi dan transaksi, yang dimaksud dengan istilah interaksi adalah saling bertukar komunikasi, misalnya seorang berbicara kepada temannya mengenai sesuatu, kemudian temannya yang mendengar memberikan reaksi atau tanggapan terhadap apa yang sedang dibicarakan itu. Dalam keadaan seharihari komunikasi yang sedang kita lakukan itu tidak seteratur itu prosesnya, banyak dalam percakapan tatap muka kita terlibat dalam proses pengiriman pesan secara simulan tidak terpisah seperti pada contoh di atas. Dalam keadaan komunikasi tersebut bersifat transaksi.
d. Komunikasi dapat terjadi disengaja maupun tidak disengaja. Komunikasi yang disengaja dapat terjadi apabila pesan yang mempunyai maksud tertentu dikirimkan kepada penerima yang dimaksud. Tetapi apabila pesan yang tidak disengaja dikirimkan atau tidak dimaksudkan untuk orang tertentu untuk menerimanya maka itu dinamakan komunikasi tidak disengaja. (Muhammad, 1995 : 19-21).
Dari pengertian komunikasi tampak jelas bahwa tujuan komunikasi adalah untuk mendapatkan efek berupa perubahan tingkah laku dari komunikan misal berupa perilaku membeli. Komunikasi juga merupakan salah satu fungsi dari kebutuhan manusia, fungsi komunikasi dalam kehidupan sehari-hari menyangkut banyak aspek. Melalui komunikasi seseorang menyampaikan apa yang ada dalam benak pikirannya dan atau perasaan hati nuraninya kepada orang lain baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Terdapat beberapa macam proses komunikasi. Tiap-tiap proses komunikasi terdapat persamaan dan atau perbedaan pada sumber (komunikator), pesan, media dan komunikan, J.B. Wahyudi membagi proses komunikasi dalam 3 jenis:
a. Komunikasi antar pribadi. Ini dapat erbentuk komunikasi dengan dirinya sendiri atau dengan Tuhan atau dengan orang lain (face to face).
b. Komunikasi kelompok bukan massa.
c. Komunikasi massa. (Wahyudi, 1986 : 36).
Dasar-dasar komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses sosial yaitu sesuatu yang berlangsung antara dua individu atau lebih.
Televisi
Kata televisi berasal dari bahasa asing yang terdiri dari kata tele dan visi. Tele dalam bahasa Yunani berarti jarak, dan visi dalam bahasa Latin berari citra atau gambar. Media televisi merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi komunikasi. Menurut Onong Uchana Effendy dalam buku Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, memberikan pengertian televisi adalah Paduan Radio (Broadcast) dan Fil (Moving Picture). Para penonton di rumah-rumah tidak mungkin menangkap siaran televisi kalau tidak ada unsur radio dan tak mungkin dapat melhat gambar-gambar yang bergerak pada layar pesawat Televisi jika tidak ada unsur-unsur Film (Effendy, 2003 : 174).
Sedangkan definisi televisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah Pesawat sistem penyiaran gambar obyek yang bergerak yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran pertunjukan, berita, dan sebagainya. (Kamisa, 1997 : 410)
Dengan melihat berbagai pendapat tersebut diatas, dapat kita diambil kesimpulan bahwa televisi adalah salah satu perangkat komunikasi massa dalam rumpun media elektronik. Teknologi elektronika merupakan salah satu pencapaian ilmu pengetahuan pada saat ini. Teknologi berhasil mengecilkan alam semesta, memendekkan jarak dan bahkan menepiskan batas waktu. Ia berkembang sedemikian rupa sehingga hubungan antara jarak dan waktu hampir-hampir tidak terpisahkan lagi. Singkatnya, kecanggihan teknologi komunikasi elektronik hampir mempersatukan setiap manusia di alam semesta ini.
Kemudian ada dua aspek pokok yang perlu dipahami dengan baik dalam lingkup tugas komunikasi melalui media elektronik televisi, yakni:
a. Aspek penguasaan atas teknologi peralatan elektronik
b. Aspek penguasaan atas materi komunikasi, pesan komunikasi, yang berciri kreatif dan bersumber kemasyarakatan serta kebudayaan. (Wahyudi, 1996 : 15).
Dari kedua hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa teknologi televisi secara terus menerus mengalami perkembangan. Pada mulanya hanyalah sebuah gambar tanpa suara dan tanpa warna, yang kemudian secara menakjubkan dengan bantuan komputer tercanggih mampu menciptakan dan memanipulasi gambar beserta efek-efeknya.
Sepak Bola
Permainan sepak bola pada hakikatnya merupakan permainan beregu yang menggunakan bola sepak. Sepak bola dimainkan dilapangan rumput oleh dua regu yang saling berhadapan dengan masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain. Tujuan permainan ini dimainkan adalah untuk memasukkan bola kegawang lawan sebanyak-banyaknya dan berusaha mempertahankan gawang sendiri dari serangan lawan. Ada pun karakteristik yang menjadi ciri khas permainan ini adalah memainkan bola dengan menggunakan seluruh anggota tubuh kecuali lengan. Menurut Muhajir (2007 : 22), “Sepak bola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan jalan menyepak, yang mempunyai tujuan untuk memasukkan bola kegawang lawan dengan mempertahankan gawang tersebut agar tidak kemasukan bola”.
Menurut Luxbacher (2008 : 2) menyatakan bahwa pertandingan sepakbola dimainkan oleh dua tim yang masing-masing beranggotakan 11 orang. Masing-masing tim mempertahankan gawang dan berusaha menjebol gawang lawan. Didalam memainkan bola setiap pemain dibolehkan menggunakan seluruh anggota badan kecuali lengan, hanya penjaga 12 gawang diperbolehkan memainkan bola dengan kaki dan lengan. Sepakbola hampir seluruhnya menggunakan kemahiran kaki, kecuali penjaga gawang yang bebas menggunakan anggota tubuh manapun. Tujuan dari masing-masing regu adalah memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak mungkin dengan pengertian pula berusaha sekuat tenaga agar gawangnya terhindar dari kebobolan penyerang lawan.
Kemudian kita dapat menarik kesimpulan dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sepakbola adalah permainan antara dua (2) regu yang masing-masing regu terdiri dari 11 orang dan dimainkan dengan kaki, kecuali penjaga gawang, boleh menggunakan tangan dan lengan. Setiap tim berusaha untuk memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak-banyaknya dan menjaga gawangnya dari kemasukan bola oleh serangan lawan dan permainan ini dilakukan selama 2x45 menit.
Gaya Hidup
Gaya hidup menurut Kotler (2002 : 192) adalah pola hidup seseorang di dunia yang iekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Menurut Assael (1984 : 252), gaya hidup adalah “A mode of living that is identified by how people spend their time (activities), what they consider important in their environment (interest), and what they think of themselves and the world around them (opinions)”.
Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini). Sedangkan menurut Minor dan Mowen (2002 : 282), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Selain itu, gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati (2001 : 174) adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan.
Dari berbagai di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis. Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena indikator penyusunnya dari karakteristik konsumen.
Gaya Hidup AIO (Activity, Interest, Opinion)
Menurut Kotler (2002 : 193) Psikografik (Psychographic) adalah ilmu tentang pengukuran dan pengelompokkan gaya hidup konsume. Sedangkan psikografik menurut Sumarwan (2003 : 58), adalah suatu instrumen untuk mengukur gaya hidup, yang memberikan pengukuran kuantitatif dan bisa dipakai untuk menganalisis data yang sangat besar. Analisis psikografik biasanya dipakai untuk melihat segmen pasar. Analisis psikografik sering juga diartikan sebagai suatu riset konsumen yang menggambarkan segmen konsumen dalam hal kehidupan, pekerjaan dan aktivitas lainnya. Psikografik berarti menggambarkan (graph) psikologis konsumen (psyco). Psikografik adalah pengukuran kuantitatifgaya hidup, kepribadian dan demografik konsumen. Psikografik sering diartikan sebagai pengukuran AIO (activity, interest, opinions), yaitu pengukuran kegiatan, minat dan pendapat konsumen. Psikografik memuat beberapa pernyataan yang menggambarkan kegiatan, minat dan pendapat konsumen. Pendekatan psikografik sering dipakai produsen dalam mempromosikan produknya, seperti yang dinyatakan oleh Kotler bahwa psikografik senantiasa menjadi metodologi yang valid dan bernilai bagi banyak pemasar (2002 : 193). Solomon dalam Sumarwan (2003 : 59) menjelaskan studi psikografik dalam beberapa bentuk seperti diuraikan berikut.
1. Profil gaya hidup (a lifestyle profile), yang menganalisis beberapa karakteristik yang membedakan antara pemakai dan bukan pemakai suatu produk.
2. Profil produk spesifik (a product-specific profile) yang mengidentifikasi kelompok sasaran kemudian membuat profil konsumen tersebut berdasarkan dimensi produk yang relevan.
3. Studi yang menggunakan kepribadian ciri sebagai faktor yang menjelaskan, menganalisis kaitan beberapa variabel dengan kepribadian ciri, misalnya kepribadian ciri yang mana yang sangat terkait dengan konsumen yang sangat memperhatikan masalah lingkungan.
4. Segmentasi gaya hidup (a general lifestyle segmentation), membuat pengelompokkan responden berdasarkan kesamaan preferensinya.
5. Segmentasi produk spesifik, adalah studi yang mengelompokkan konsumen berdasarkan kesamaan produk yang dikonsumsinya.
Dari beberapa pengertian diatas tentang gaya hidup dapat kita ambil kesimpulan bahwa orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya.
Pembahasan
Ritual Mahasiswa Menonton Pertandingan Sepak Bola di Televisi
Seperti yang kita ketahui banyak sekali pertandingan-pertandingan sepakbola yang ditayangkan oleh media televisi di Indonesia, dan dengan hal tersebut banyak masyarakat yang berbondong-bondong untuk melihat tayangan tersebut ada juga yang memberanikan diri untuk membeli televisi hanya karena ada tayangan atau pertandingan sepak bola, contoh sederhana ketika kita dihadapkan oleh pertandingan piala dunia yang tidak lama lagi akan segera mengguyur dunia dengan pertandingan-pertandingan menarik sehingga dapat kita lihat sebelum adanya pertandingan atau piala dunia sekarang masyarakat pada umumnya sudah membicarakan dan banyak bertanya kapan piala dunia?.
Dalam Deddy Mulyana (2001 : 147) “penyembahan” terhadap TV akan terasa benarnya bila kita bayangkan TV menggantikan “patung” yang memang masih disembah banyak orang dengan khusuk dewasa ini.
Dalam konteks inilah, menonton televisi sering di sebut suatu ritual, seperti yang dilakukan suku-suku primitif, meskipun dengan nuansa yang berbeda. Asumsi bahwa menonton TV sebagai ritual lebih terasakan bila tayangannya bersifat “kolosial” yang menarik perhatian dan memukau jumlah pemirsa yang jauh lebih besar daripada biasanya. Acara demikian biasanya acara olah rasa, misalnya pertandingan tinju kelas berat (Mike Tyson vs Evander Holyfield), pertandingan final sepakbola piala dunia, pertandingan final sepak bola piala Champions, pertandingan final bulu tangkis All England (yang melibatkan pemain Indonesia), dan pertandingan final sepak bola Liga Indonesia (LI) III yang lalu di Senayan Jakarta. Bayangkan pada saat yang sama, puluhan juta orang menonton acara-acara tersebut (bahkan, milyaran orang dalam kasus pertandingan tinju Mike Tyson vs Evander Holyfield dan pertandingan final sepak bola piala dunia) (Deddy Mulyana, 2001 : 147).
Dengan demikian betapa tayangan televisi mempengaruhi jutaan masyarakat terutama ketika adanya pertandingan sepak bola dan tidak hanya masyarakat atas, masyarakat menengah kebawahpun kian terjerumus terhadap kenikmatan yang ditayangkan oleh televisi.
Para masyarakat mempunyai banyak cara dalam nonton pertandingan-pertandingan sepak bola khususnya mahasiswa yang sudah memiliki kehidupan yang baru diluar lingkungan keluarga dalam hal ini mahasiswa yang ngekos mempunya cara tersendiri dalam melihat tim yang menjadi kebanggaan mereka, misalnya dengan mendatangi tempat kopian atau coffee-coffee yang menjadi tempat favorit mahasiswa, disamping dapat melihat tayangan pertandingan sepak bola juga dapat menikmati menu-menu kopi yang menggiurkan.
Tontonan pertandingan sepak bola se akan-akan menjadi tontonan ajaib dalam setiap pertandingan yang diadakan oleh stasiun televisi, dalam Deddy Mulyana (2001) bahwa menonton acara olah raga “kolosial” di layar kaca adalah suatu ritual, juga pernah dilukiskan Michael Real (dalam Newcomb, 1982) ketika ia menganalisis pertandingan final sepak bola (football) Amerika yang di sebut Superbowl. Julukan Real kepada Superbowl, yakni sebagai tontonan ajaib (mythic spactacle),juga sesuai untuk pertandingan final sepak bola LI yang juga disiarkan TV secara nasional. Menurut Real, tontonan ini mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:
a. Menimbulkan Identifikasi personal; dalam hal ini sikap pramordial muncul ketika orang-orang, baik di stadion ataupun di rumah, mengidentifikasikan diri dengan tim kesayangan mereka, yakni tim yang berasal dari daerah tempat mereka dilahirkan, dibesarkan, yang mengikat secara emosional.
b. Memunculkan para pahlawan; dalam konteks global dunia televisi dan televisi dunia telah memunculkan idola-idola olah raga kelas dunia, seperti Pete Sampras, Martina Hingis (tenis), Muhammad Ali, Evander Holyfield (tinju), Diego Maradona, Eric Cantona (sepak bola). Dari dulu hingga sekarang, media elektronik berjasa menjadikan pemain-pemain sepak bola sebagai idola, termasuk Pele, Johan Cruyf, Franz Beckenbauer, Ruud Gullit, Roberto Baggio, Alan Shearer, George Weah, dan Ronaldo Luiz Nazario.
c. Memusatkan perhatian; dalam konteks ini cara lain menonton sepak bola dilayar kaca, menurut Real, adalah memusatkan perhatian. Setidaknya melalui layar kaca, banyak pengusaha besar, kyai, dan pejabat penting yang menyaksikan pertandingan final LI atau piala dunia, termasuk Walikota, Gubernur, Dirjen dan Menteri, dan bahkan (Wakil) Presiden.
d. Mengatasi ruang dan waktu; daya sihir pertandingan semifinal dan final sepak bola LI lewat TV itu begitu kuat sebagai klimaks dari putaran LI yang berlangsung sembilan bulan dan telah menyerap banyak sumber daya: tenaga, waktu, dan uang.
Dari beberapa fungsi tontonan tersebut diatas maka inti dari kegiatan menonton tersebut adalah partisipasi kolektif, kebersamaan kepentingan dan kekuatan pesertanya. Dalam pertandingan sepak bola, maka para penontonlah yang menjadi para peserta tersebut. Mereka larut dalam suatu upacara mistis ketika para penonton, terutama di stadion, beraksi setelah tim yang mereka dukung membobol gawang tim lawan (Deddy Mulyana, 2001 : 148-152).
Tontonan ajaib pertandingan sepak bola juga menjadi wadah untuk para masyarakat khususnya mahasiswa dalam mencari bekal atau tambahan uang, misalnya dengan mengadakan taruhan bola (judi bola) dengan hal tersebu mahasiswa menjadikan moment itu sebagai wahana untuk menghasilkan uang. Akan tetapi, hal yang paling tergambar bagaimana ritual mahasiswa adalah mencari tempat nongkrong (cangkruk) dengan teman mereka walaupun sampai larut malam serta yang paling terlihat jelas adalah meninggalkan pelajarannya hanya untuk menonton pertandingan tim-tim papan atas atau tim kesayangan mereka, hingga kebayakan mahasiswa menyisihkan uang saku dari orang tua untuk membeli kostum kebanggaan timnya tersebut, ada juga yang membili kontum dari uang untuk membeli buku pelajaran kuliah. Sungguh tontonan yang menjadikan mahasiswa hilang kesadaran akan status yang di embannya.

Tayangan Sepak Bola vs Gaya Hidup Mahasiswa
Seperti yang telah kita bahas diatas, bahwa tayangan televisi terutama tayangan yang bersifat kolosial, misalnya tenis, tinju, dan sepak bola menjadi tayangan yang sangat di minati oleh banyak kalangan. Hal inilah yang menjadikan perandingan tersebut sebagai tontonan ajaib dan menjamur di seluruh pelosok dunia.
Mahasiswa jika dilihat dari kegiatannya yang memang sungguh menjadi mahasiswa yang berstatus mahasiswa adalah belajar dan belajar, namun seiring dengan perkembangan zaman mahasiswa tidak lagi melihat apa yang menjadi kewajiban sebagai pelajar, mereka lebih sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna dan tidak bermanfaat.
Tayangan televisi terutama pertandingan sepak bola inilah yang menjadi ajang perubahan bagi setiap mahasiswa, dengan adanya pertandingan final liga Champions, mahasiswa menikmati hal tersebut dengan gaya seolah-olah adalah bukan mahasiswa yang sampai larut malam mereka menonton sambil ngopi serta cangkrung dengan teman-teman mereka.
Tidak hanya itu, mahasiswa juga semakin pintar dalam memperkuat keinginannya untuk menonton pertandingan bola dengan leluasa, yaitu dengan memasang televisi digital yang dapat menghadirkan konten yang beragam dan spektrum. Terkait dengan televisi digital ini dalam bukunya Stanley J. Baran (2001) melihat bahwa digitalisasi sinyal video memperkecil ukuran data yang dimilikinya sehingga lebih banyak informasi yang dibawa melalui kabel telepon (yang dimiliki oleh perusahaan kabel atau perusahaan telepon) dan juga untuk di simpan. Perusahaan penyiaran tradisional melihat digitalisasi sinyal televisi sebagai penyelamatnya karena hal ini akan memungkinkan perusahaan penyiaran tradisional membawa bentok konten yang beragam dan spektrum yang sekarang ini hanya digunakan untuk membawa satu jenis sinyal saja. Akan tetapi, digitalisasi untuk tujuan mentransmisikan beragam sinyal bertantangan dengan penggunaan spektrum angkasanya dalam mentransmisikan sinyal televisi high-defnition (HD) (Stanley J. Baran, 2012 : 334).
Televisi digital yang mampu menghadirkan bergam teyangan televisi mampu mengubah pola pikir masyarakat khususnya mahasiswa dalam mencari kesenangan serta tujual paling terpentingnya ketika adanya pertandingan sepak bola mereka bisa memilih-milih chanel yang akan mereka lihat, karena televisi digital mampu menghadirkan beberapa chanel tentang olah raga, misalnya chanel BeinSport, StarSport, BacaSport, dll.
Dengan kata lain, mahasiswa mampu menghadirkan kebiasaan yang nantinya akan membuat mereka lalai dalam belajar dan beraktivitas selayaknya para pelajar biasanya. Oleh sebab itu, hadirnya televisi baik digital maupun antena dapat merubah kehidupan para mahasiswa baik dalam hal belajar dan stile sehari-hari mereka, yang menarik untuk kita lihat ketika adanya televisi yang menyiarkan pertandin sepakbola mahasiswa kebayakan ketika menjadi fans berat clup atau negaranya ingin sekali nonton dengan menggunakan jarsey tim favoritnya tersebut.
Dengan kontum yang digunakan mereka dapat menghadirkan simbol untuk yang melihatnya jika mereka adalah fans berat dari clup atau tim negara yang akan bertanding. Selain itu kebiasaan atau gaya hidup mahasiswa yang biasanya belajar juga hilang akibat adanya pertandingan sepak bola, besoknya ada UTS akan tetapi dilupakan akibat pertandingan tim kesayangan mereka serta menghilangkan kebiasaan hemat dan menghadirkan kebiasaan boros akibat terbiasa ngopi dan cangkruk dengan teman-teman sampai larut malam. Nongkrong sambil cangkruk di coffee yang biasanya hanya ketika ada pertandingan sepak bola, sekarang berubah menjadi gaya hidup bagi mahasiswa,bahkan menjadi rutinitas bagi sebagian mahasiswa. Sungguh memprihatinkan ketika kebiasaan atau budaya hemat dan belajar menjadi hilang akibat tayangan televisi yang sangat menggiurkan tersebut.

Kimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan beberapa paparan diatas ditemukan bahwa hadirnya televisi memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap pola dan gaya hidup mahasiswa, dengan hadirnya tontonan menarik seperti pertandingan tinju, tenis, serta pertandingan sepak bola mampu membuka ruang bagi mahasiswa untuk mengubah kebiasaan hemat, dan belajar mereka menjadi kebiasaan ngopi dan cangkruk-an hampir setiap malam, sehingga lupa dengan tugas yang diamanatkan sebagai pelajar atau mahasiswa.
Kemudian hadirnya tayangan pertandingan sepak bola menghadirkan semacam ritual tersendiri bagi mahasiswa , seperti ngopi, cangkruk, serta membeli jarsey tim kesayangannya. pertandingan sepak bola sebagai tontonan ajaib mampu menghadirkan fungsi-fungsi sebagai berikut:
a. Menimbulkan Identifikasi personal; dalam hal ini sikap pramordial muncul ketika orang-orang, baik di stadion ataupun di rumah, mengidentifikasikan diri dengan tim kesayangan mereka, yakni tim yang berasal dari daerah tempat mereka dilahirkan, dibesarkan, yang mengikat secara emosional.
b. Memunculkan para pahlawan; dalam konteks global dunia televisi dan televisi dunia telah memunculkan idola-idola olah raga kelas dunia, seperti Pete Sampras, Martina Hingis (tenis), Muhammad Ali, Evander Holyfield (tinju), Diego Maradona, Eric Cantona (sepak bola). Dari dulu hingga sekarang, media elektronik berjasa menjadikan pemain-pemain sepak bola sebagai idola, termasuk Pele, Johan Cruyf, Franz Beckenbauer, Ruud Gullit, Roberto Baggio, Alan Shearer, George Weah, dan Ronaldo Luiz Nazario.
c. Memusatkan perhatian; dalam konteks ini cara lain menonton sepak bola dilayar kaca, menurut Real, adalah memusatkan perhatian. Setidaknya melalui layar kaca, banyak pengusaha besar, kyai, dan pejabat penting yang menyaksikan pertandingan final LI atau piala dunia, termasuk Walikota, Gubernur, Dirjen dan Menteri, dan bahkan (Wakil) Presiden.
d. Mengatasi ruang dan waktu; daya sihir pertandingan semifinal dan final sepak bola LI lewat TV itu begitu kuat sebagai klimaks dari putaran LI yang berlangsung sembilan bulan dan telah menyerap banyak sumber daya: tenaga, waktu, dan uang.



Saran
1. Adanya televisi tentunya sudah sangat berpengaruh terhadap pola dan gaya hidup mahasiswa yang di akibatkan oleh tayangan pertandingan sepak bola, oleh karena itu tentunya bagi mahasiswa sendiri harus bisa memilah dan memilih hal-hal yang dianggapnya penting dan sesuai untuk status mereka sebagai mahasiswa, yaitu belajar dan belajar.
2. Masiswa mampu melihat waktu dan melihat sesuatu yang baru itu sebagai acuan untuk memperbaiki hal yang belum mereka perbaiki sebelumnya, sehingga mereka tidak terbawa oleh arus modernisasi dan globalisasi yang saat ini marak terjadi akibat adanya televisi.

Daftar Pustaka
Baran, Stanley J. 2012. Pengantar Komunikasi Massa. Jilid I Edisi 5. Jakarta: Erlangga.
Effendy, Onong Uchjana. 1992. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Effendy, Onong Uchjana. 2001. Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung: Bina Cipta.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Kamisa, 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Kartika.
Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran. Jilid 2 Edisi Milenium. Jakarta: PT Prenhallindo.
Luxbacher, Joseph A. 1998. Sepakbola. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
McQuail, Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa McQuail. Jakarta: Salemba Humanika.
Morrisan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Muhammad, Arni. 1995. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyana, Deddy. 2001. Nuansa-Nuansa Komunikasi: Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi Masyarakat Kontemporer. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Wahyudi, J. B. 1986. Media Komunikasi Massa Televisi. Bandung: PT Alumni.
Wahyudi, J.B. 1996. Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafit.