Saturday, 15 March 2014

Kata petani memiliki konotasi dan atribut yang sangat berbeda, yaitu “peasant”dan “farmer”. Secara mudahnya, “peasant” adalah gambaran dari petani yang subsisten, sedangkan “farmer” adalah petani modern yang berusahatani dengan menerapkan teknologi modern serta memiliki jiwa bisnis yang sesuai dengan tuntutan agribisnis. Upaya merubah petani dari karakter peasant menjadi farmer itulah hakekat dari pembangunan atau modernisasi. Menurut Wolf, seorang antroplog, peasant adalah suatu kelompok masyarakat dengan kegiatan utama bertani, sebagai bentuk transisi antara masyarakat primitif (tribe) ke masyarakat modern. Tampak bahwa ia menggunakan pendekatan evolutif dalam pengkategorian ini. Peasant adalah suatu kelas petani yang merupakan petani kecil, penyewa (tenants), penyakap (sharecroppers), dan buruh tani. Meskipun berada pada level bawah, sesungguhnya mereka lah yang menggerakkan pertanian. Istilah peasant misalnya digunakan untuk menamai revolusi petani (peasant revolt) yang terjadi dulu di eropa.
Istilah “peasant revolt” juga digunakan dalam arti yang luas, yaitu sebagai seluruh bentuk pelawanan yang datang dari petani. Pada pengetahuan awal, peasant hanyalah orang-orang yang berusaha dalam pembudidayaan tanaman dan memelihara hewan yang hidup di pedesaan. Kalangan antropolog kemudian mncoba mempelajari ciri-ciri pola budaya masyarakat ini. Dari upaya ini kemudian diketahui bahwa salah satu ciri peasantadalah adanya hubungan patron-klien dalam masyarakatnya. Para petani kaya adalah patron, sedangkan sebagian besar petani adalah klien yang ada dalam posisi tersubordinasi . Yang melekat pada peasant adalah sikap kerjasamanya satu sama lain, usahatani kecil, dan menggunakan tenaga keluarga sendiri. Saat ini, petani yang berkarakter peasant masih tetap eksis. Sesungguhnya sampai saat ini, upaya mempelajari “apa yang dimaksud dengan petani”, belumlah selesai. Berbagai perdebatan timbul karena perbedaan dalam metodologi dalam mempelajarinya. Misalnya perdebatan antara James Scott dan Samuel Popkin. Rasionalitas petani menurut James Scott adalah moral ekonomi petani yang hidup di garis batas subsistensi, yaitu mendahulukan selamat dan enggan mengambil resiko. Bagi Scott ini merupakan perilaku yang rasional. Namun Samuel Popkin melihat bahwa fenomena tersebut jangan diartikan sempit. Itu hanya terjadi dalam kondisi mendesak saja, sehingga mereka akan lebih memprioritaskan diri dan keluarga mereka. Pada hakekatnya petani terbuka terhadap pasar dan siap mengambil resiko, sepanjang kesempatan tersebut ada, dan hambatan dari pihakpatron dapat diatasi.
Perbedaan antara petani peasant dengan farmer terletak pada sifat usahatani yang dilakukan. Peasant berusahatani dengan bantuan keluarga dan hasilnya juga untuk keluarga. Sedangkan petani farmer berusahatani dengan bantuan tenaga buruh tani dan bertujuan mencari keuntungan. Produksi tidak hanya untuk keluarga, justru sebagian besar dijual ke pasar guna mendapatkan keuntungan. Singkatnya, dikatakan oleh Wolf (1985) bahwa, petani peasant berusahatani keluarga, sedangkan petani farmer berusahatani seperti prinsip ekonomi perusahaan (komersil). Kesamaannya adalah sama-sama mempunyai hubungan dengan kota secara politis, ekonomis dan kultural. Kita lihat bagaimana ciri-ciri dari Peasant atau yang biasa juga disebut sebagai petani kecil, merupakan golongan terbesar dalam kelompok petani di Indonesia, Ciri-ciri petani yang tergolong sebagai peasant adalah sebagai berikut:
 Mengusahakan pertanian dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat.
 Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang rendah.
 Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsisten.
 Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dab pelayanan lainnya.

Dan di bawah ini merupakan tabel perbandingan antara masyarakat primitif, petani, dan modern.
Perbandingan Masyarakat Primitif; Petani, dan Petani Modern
Primitif (Tribe) Petani (Peasant) Petani Modern (Farmer):
-Tribe
• Bertani berpindah
• Kebutuhan primer&kerabat
• Ada ikatan dengan tetangga
• Surplus diserahkan ke golongan
• Intensitas hubungan.dengan luar rendah
• Belum ada spesialisasi
• Belum ada sewa tanah.
-Peasant
• Bertani tetap
• Subsisten
• Ada ikatan nilai-nilai
• Surplus diserahkan ke penguasa
• Intensitas hub.dengan luar tinggi
• Semi spesialisasi/campuran
• Sudah ada sewa tanah.
-Farmer
• Rumah kaca
• Keuntungan maksimum
• Hubungan longgar dalam simbol
• Surplus sebagai keuntungan
Mobilitas tinggi
• Spesialisasi/profesional
• Cenderung sewa


Sumber: Direduksi dari Sahlins (1960) dan Malinowski (1922).
Sehubungan dengan pola kebudayaan subsisten peasant, Everett M. Rogers mengemukakan tentang karakteristik dari subkultur peasant yaitu saling tidak mempercayai dalam berhubungan antara satu dengan yang lainnya, pemahaman tentang keterbatasan segala sesuatu di dunia, sikap tergantung sekaligus bermusuhan terhadap kekuasaan, familisme yang tebal, tingkat inovasi yang rendah, fatalisme, tingkat aspirasi yang rendah, kurangnya sikap penangguhan kepuasan pandangan yang sempit mengenai dunia, dan derajat empati yang rendah. Karakteristik sebagaimana dikemukakan oleh Everett M. Rogers tersebut di atas tidak semua cocok dengan karakteristik peasan di Indonesia. Peasant di Indonesia lebih cenderung saling mempercayai antara satu dengan yang lainnya sehingga menimbulkan kebersamaan/kolektivitas yang tinggi.

Menurutnya, sedikitnya empat karakteristik utama dalam masyarakat petani, yaitu:
• satuan rumahtangga (keluarga) petani adalah satuan dasar dalam masyarakat yang berdimensi ganda;
• petani hidup dari usahatani dengan mengolah tanah;
• pola kebudayaan petani berciri tradisional dan khas; dan
• petani menduduki posisi rendah dalam masyarakat sebagai “wong cilik” (orang kecil) terhadap level masyarakat di atas desa (Scott, 1993).

Sedangkan Kurtz (2000) menemukan empat dimensi karakteristik pokok dalam definisi”peasant”, yaitu:
(1) Petani sebagai rural cultivators (”pengolah tanah di pedesaan”). Menurut Popkin, ”pilihan rasional” berlaku bagi ”peasant” tanpa membedakannya dari ”petani lain”.
(2) Dimensi ”komunitas petani”, bercirikan petani yang jelas dan membedakannya dari pola budaya ”urban”. Cenderung diacu para antropolog (contoh: Redfield).
(3) Petani yang menghidupi komunitas tersubordinasi kuat oleh sesuatu kekuasaan luar. Digagas oleh pakar pengembang teori ”ekonomi moral” (contoh: Scott).
(4) Petani merupakan kombinasi yang berbeda dari ketiga dimensi di atas, yaitu sebagai ”rural cultivators”, komunitas tersubordinasi, dan penguasaan/pemilikan. (contoh: Wolf, salah seorang pengikut teori Marx).
(5) Mengacu pada empat dimensi arti ”peasant” sekaligus, yang mengikuti teladan Weber (contoh: Moore), namun sangat jarang diacu oleh pakar antropologi.

Perbedaan - Farmer *) - Peasant **)
1 Dilihat dari luas lahan yang dimiliki
*) Memiliki lahan pertanian yang luas serta modal yang relatif besar
**) Memiliki lahan pertanian yang sempit serta modal yang relatif kecil.
2 Dilihat dari teknologi yang digunakan
*) Menggunakan peralatan pertanian yang modern, seperti mesin penggiling padi dan traktor
**) Menggunakan peralatan yang sederhana, seperti cangkul dan ani-ani.
3 Dilihat dari sifat usaha
*) Terorganisir dengan baik, dengan pembagian tugas yang kompleks. Bahkan ada beberapa yang menyewa orang-orang tertentu untuk menggarap sawahnya.
**)Bersifat mandiri, lahan yang dimilii dikerjakan sendiri dan hanya memberdayakan tenaga dari anggota keluarga.
4 Tujuan /orientasi
*) Bersifat Profit Oriented artinya selain dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari, sebagian besar hasil pertaniannya dijual ke pasar. Jadi tipe petani sangat berorientasi ekonomi yaitu untuk mendapatkan keuntungan lebih
**) Bersifat safety First artinya hasil pertanian dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan konsumsi sehari-hari. Hasil pertanian tidak berorientasi pada ekonomi atau bersifat subsisten.


Berdasarkan karakteristik diatas dapat diambil kesimpulan bahwa diantara kedua tipe petani tersebut. Petani Farmer cenderung lebih cepat merespon inovasi, alasannya petani farmer memiliki orientasi pada keuntungan yang diperoleh atau P\profit oriented maka dengan sumber daya yang dimiliki diantaranya dengan modal yang relatif besar dan alses yang lebih baik, maka inovasi-inovasi baru akan cenderung lebih mudah masuk dan berkembang dalam pelaksanaan seperti misalnya dipergunakannya peralatan modern seperti traktor atau penggunaan bibit unggul serta teknik pengolahan lahan atau tanah yang berorientasi pada teknologi maju.
Sumber: Warsana S.P (2008). Strategi Untuk Melakukan Penyuluhan Pertanian Untuk Petani Kecil. Tabloid Sinar Tani. Edisi 9 Januari 2006


Sumber:
http://syahyutipetani.blogspot.com/2012/08/teori-tentang-petani.html
at 12:00 / 16 03 2014
http://fitrianiborut.blogspot.com/2012/02/makala-antropologi-masyarakat-peasent.html
at 12:05 / 16 03 2014
http://vhaylapalulu.blogspot.com/
at 12:45 / 16 03 2014
http://jakaarjunablog.blogspot.com/2011/04/ukd-sosiologi-pedesaan.html
at 13:00 / 16 03 2014

1 comments:

  1. Suwun, Cak, pembagian ilmune. Semangat berjuang! (ibudh-Solo)

    ReplyDelete